Kelanjutan dari kegiatan pulang saya ke kampung saya merupakan suatu kejutan bagi saya.
Sekiranya di kampung saya, saya pun sudah punya rencana untuk mengisi hari sabtu saya di Brebes. Namun ketika saya teringat saya ingin bertemu dengan sahabat saya di Brebes dan saya ingin bercerita lama dengan sahabat saya.
Sabtu pagi pun saya melanjutkan untuk mengurus SIM A saya yang menjadi tujuan saya pulang untuk memperpanjang SIM. Banyak perubahan ternyata setelah mengetahui dampak covid-19 ini mungkin. Perpanjang SIM yang tadinya harus sederhana malah di rumitkan dengan tambahan biaya yang tak begitu berpengaruh menurut saya.
Rincian admin untuk memperpanjang SIM :
1. Test Psikologi : Rp.50.000
2. Test Kesehatan : Rp 95.000
3. Pendaftaran dan pembayaran admin : Rp. 80.000
Dari rincian diatas, jika normalnya saya proses yaitu nomor 2 dan 3. Namun kemarin saat saya pulang, saya tanya pada kenalan bapak saya yang bertugas berjualan es jelly dekat dengan polsek brebes.
Sebut saja namanya Bang Iwan, dia kenalan bapak saya yang menurut saya orangnya terbuka pada setiap orang yang diajak mengobrol dengannya. Dia seperti kaki tangan pihak polsek yang memberitahukan update an terbaru dari info-info yang terkait dengan keadaan di polsek.
Kembali membahas nomor 1 yang menurut saya terlalu melebih-lebihkan anggaran administrasi. Pemberian pertanyaan melalui kertas beberapa lembar dan diakhiri oleh test psikologi koran yang yang biasa di hadapi oleh pelamar kerja begitu. Tanpa pengoreksian dan ketahui score test nya saya pun di suruh lanjutkan tes ke bidang kesehatan (begitu absurd bagi saya).
Selanjutnya di bidang kesehatan, dengan admin 60k pun saya dapat memperoleh surat itu dan hanya di tanda tangan oleh dokter di situ. Sambil di tanyakan beberapa pertanyaan yang bisa saya jawab, si dokter pun bertanya dengan pertanyaan yang aneh :
“bawa kartu golongan darah pak ?”, tanya dokter
“tidak dok, kartu saya dirumah dok kalau yang itu”, jawab cepat saya
Dengan modal jawaban saya yang begitu, dokter pun menyarankan langsung untuk membuat kartu golongan darah yang menurut saya sederhana sekali hanya kertas bertabel dan tetesan darah yang di uji coba langsung.
Saya memang tidak menjawab “saya hafal kok dok type darah saya”, namun yang saya ingin lihat perilaku si dokter tersebut untuk masalah ini dan ternyata dia pun tidak menanyakan hal seperti itu sama sekali ke saya. Seperti hal nya perintah dokter yang wajib dituruti. Lagian siapa juga ada orang yang membawa kartu golongan darah ditaruh di dompet ??? ya kagak ada lah dok… ( masuk akal ? )
Pikiran saya pun terus berpikir kenapa bisa sampai segitunya ya administrasinya. Yah oke lah terasa lega karena sudah sampai proses administrasi pendaftaran dan akhirnya foto baru untuk SIM A saya.
Saya baru keingat bahwa sahabat saya sudah bertunangan dan saat malam minggu saya ke sana saya pun dikejutkan dengan hadirnya tunangan nya yang datang. Pikir saya tidak begitu asyik jika sifat tunangannya expert, but ternyata malah menjadi asyik suasana malam itu.
Oke, saya mempunyai teman satu lagi yaitu tunangan sahabat saya. Bersyukur ternyata sahabat saya sudah bertunangan namun tidak dapat mendatangi acara saat mereka bertunangan di hari mereka mengundang saya bulan lalu.
Bermodal sepeda baru bapak yang ada di rumah, maka minggu pagi pun saya habiskan untuk bersepeda di tempat yang biasa orang joging. Suasana yang dapat merindukan batin ternyata ditemukan sekian lama saya tidak berjoging di tempat tersebut.
Setelah bersepeda pun saya bersiap untuk mengahdiri acara pertandingan yang tiba-tiba di undang oleh para teman basket saya di brebes. Ternyata mereka mengadakan pertandingan persahabatan bagi anak-anak brebes dan senior pun ikut. Jika saya dikabari lebih cepat maka saya pun akan main di acara itu.hehe..
Dengan sedikit penonton pun acara ini meriah juga dan membangkitkan semangat atlet Brebes juga, namun yah kan masih covid-19. Saya tidak tahu deh perijinan yang dibuat PERBASI Brebes untuk membuat acara tersebut.
Terakhir saat sore hari saya mampir ke lapak jualan teman saya yang dulunya juga anak-anak basket setingkat dengan saya.
Kangen dengan rasa coffe milik mereka, namun waktu tidak bisa berlama dan setelah maghrib pun saya harus berangkat lagi ke Bekasi untuk mencari rezeki kembali. (will)