Menurut Informasi yang di keluarkan Badan BMKG, bahwa cuaca di kota bekasi sedang tidak normal dan diperkirakan dari tanggal 1 januari sampai beberapa hari ke depan akan dilanda hujan besar yang lebat.
Terbukti pada penanggalan akhir 2019 hujan mengguyur bekasi di jam lima sore. Hujan yang kadang lebat dan grimis menjadikan bekasi sekarang menjadi punya suhu yang dingin. Dari dimulai hujan pada sore hari sampai malam hari pun tidak kunjung reda.
Saat pukul 01.00 dini hari turunlah hujan lebat yang membuat suara kipas saya tidak terdengar dan membuat saya otomatis terbangun. Alhamdulilah menurut saya jika hujan lebat dan saya melanjutkan tidur saya kembali.
Waktu subuh pun berkumandang tanda saya terbangun kedua kalinya di hari itu. Terdengar suara deras dari luar yang memaksa saya membuka mata dan kesadaran saya bahwa di luar masih hujan deras seperti pukul 01.00 tadi malam.
Menantikan hujan reda sampai pukul 06.00 pun belum ada tanda hujan akan merintik. Padahal di hari itu saya berencana melakukan traveling ke Pondok Labu tempat saudara saya. Berencana datang dengan keluarga bekasi namun keluarga bekasi mengalami masalah yaitu depan rumahnya banjir sehingga mobil tidak bisa keluar dari rumah.
Menantikan sampai jam 9 pun barulah hujan mulai merintik dan saya pun baru bisa membeli makanan di jam segitu. Makanan yang tersedia hanya “ayam betutu” yang tepat di depan gang kos saya. Karena terbatasnya waktu dan informasi yang simpang siur karena banjir maka saya pun berkomunikasi dengan keluarga bekasi untuk acara di Pondok Labu.
Di karenakan keluarga bekasi tidak bisa mengikuti kumpulan acara keluarga di Pondok Labu maka saya pun berangkat sendiri menggunakan motor ke stasiun bekasi. Saya parkirkan motor kemudian saya naik KRL ke arah manggarai.
Dari manggarai karena informasi dari stasiun nya bahwa tidak bisa akses ke arah sudirman maka saya pun melanjutkan perjalanan memakai ojek ke arah Stasiun MRT Dukuh Atas. Sangat kacau keadaan di Manggarai seperti penumpang kereta tumpah ruah disitu dan berlomba dengan keberuntungan untuk mendapatkan pemakaian ojol yang dinantikan.
Sialnya saya tidak dapat keberuntungan tersebut yang akhirnya saya harus mengalah dan memakai ojek biasa dengan tarif gocap. Pengalaman pertama masuk ke MRT tidak membuat saya malu untuk bertanya bagaimana saya harus sampai ke peron yang saya tuju.
Begitu baru pertama kali saya masuk suasana nya seperti stasiun pasar senen jakarta yang begitu luas. Menggunakan Flash BCA Card dengan biaya 12.000 sekali jalan ke Stasiun MRT Fatmawati saya diperlihatkan peron yang begitu luas dan mewah tidak seperti Stasiun yang lain.
Baru menyadari bahwa saya di peron yang letaknya di bawah tanah. Tiba kereta MRT saya dengan tujuan akhir Lebak bulus, namun saat kereta datang maka pintu ganda antara pintu peron dan pintu kereta terbuka dengan mewah. Tempat pemberhentian pintu kereta dan pintu peron sejajar seperti sudah diseting harus berhenti tepat sejajar.
Dengan penumpang yang sedikit maka tempat duduk yang longgar membuat saya dapat menilai tempat duduk di dalam kereta. Memang saat ini masyarakat masih belum banyak menggunakan trasportasi ini karena memang biaya yang masih tingggi. Namun jika dilihat dari hitungan waktu kereta ini kereta tercepat di Indonesia. Memiliki daya listrik untuk pengoperasiannya kadang memiliki ketakutan tersendiri saat saya menaiki kereta ini karena jika ada mati listrik maka kereta pun berhenti dan jika berhenti di jalur bawah tanah bagaimana guys? Ngeri juga kan..
Walaupun saat pengoperasian kereta ini memiliki kebisingan suara namun saya akan beri nilai plus pada kereta ini untuk kecepatan melajunya. Bagaimana dengan kalian tentang MRT ini ? ( will )